Sulit buang air kecil bisa dialami oleh siapa saja, baik wanita dan pria di berbagai usia. Biasanya seseorang kesulitan buang air kecil sudah tidak tertahankan lagi tapi membutuhkan waktu yang lama untuk mengeluarkan urine. Kondisi tersebut dalam dunia medis disebut dengan retensi urine.
Apa itu retensi urine?
Retensi urine adalah kondisi medis di mana seseorang tidak dapat mengosongkan kandung kemih sepenuhnya. Ini bisa terjadi secara tiba-tiba (retensi urine akut) atau berkembang secara perlahan dari waktu ke waktu (retensi urine kronis). Retensi urine bisa menimbulkan ketidaknyamanan, rasa sakit, dan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan tepat.
Penyebab Susah Buang Air Kecil
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang susah buang air kecil dan berbeda di setiap orang. Berikut ini adalah penyebab retensi urine atau kondisi susah buang air kecil.
1. Pembengkakan Prostat
Pada pria, pembesaran prostat atau benign prostatic hyperplasia (BPH) adalah penyebab umum retensi urine. Prostat yang membesar dapat menekan uretra, menghalangi aliran urine dan menyebabkan kesulitan buang air kecil.
2. Infeksi
Infeksi saluran kemih atau infeksi pada bagian lain dari saluran kemih, seperti prostat atau kandung kemih, dapat menyebabkan peradangan dan pembengkakan, yang menghambat aliran urine.
3. Batu Saluran Kemih
Batu yang terbentuk di ginjal atau saluran kemih dapat menghalangi aliran urine, menyebabkan nyeri dan kesulitan buang air kecil. Batu ini dapat berpindah ke uretra dan menyebabkan penyumbatan parsial atau total.
4. Operasi
Prosedur bedah pada panggul, tulang belakang, atau kandung kemih dapat menyebabkan retensi urine sebagai efek samping. Anestesi dan obat penghilang rasa sakit juga dapat mempengaruhi fungsi otot kandung kemih.
5. Gangguan Saraf
Kerusakan atau gangguan pada saraf yang mengontrol fungsi kandung kemih dapat menyebabkan retensi urine. Kondisi seperti multiple sclerosis, diabetes, stroke, atau cedera tulang belakang dapat mempengaruhi saraf ini.
6. Masalah Psikologis
Stres, kecemasan, dan gangguan psikologis lainnya dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk buang air kecil. Ketidaknyamanan psikologis dapat menyebabkan otot-otot di sekitar uretra menjadi tegang dan menghambat aliran urine.
7. Efek Samping Obat-Obatan
Beberapa obat, seperti antihistamin, antidepresan, dan obat-obatan yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, dapat menyebabkan retensi urine sebagai efek samping.
Gejala Retensi Urine
Gejala retensi urine dapat bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasarinya, tetapi umumnya meliputi:
- Kesulitan memulai aliran urine
- Aliran urine yang lemah atau terputus-putus
- Rasa tidak tuntas setelah buang air kecil
- Nyeri atau ketidaknyamanan di perut bagian bawah
- Perut yang terasa penuh atau bengkak
- Inkontinensia (kebocoran urine) karena kandung kemih yang terlalu penuh
- Sering buang air kecil dalam jumlah kecil
Jenis-Jenis Retensi Urine
Retensi Urine Akut
Retensi urine akut adalah ketidakmampuan tiba-tiba dan total untuk buang air kecil. Ini adalah kondisi darurat medis yang membutuhkan perhatian segera. Kandung kemih yang sangat penuh dan tidak dapat dikosongkan dapat menyebabkan nyeri hebat dan memerlukan intervensi medis segera untuk mengosongkan kandung kemih.
Retensi Urine Kronis
Retensi urine kronis adalah ketidakmampuan jangka panjang untuk mengosongkan kandung kemih sepenuhnya. Kondisi ini berkembang secara perlahan dan mungkin tidak menimbulkan gejala yang jelas pada awalnya. Namun, seiring waktu, dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi saluran kemih dan kerusakan kandung kemih.
Cara Mengatasi Susah Buang Air Kecil
Penanganan retensi urine tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Berikut beberapa metode yang dapat digunakan:
- Kateterisasi: Pemasangan kateter untuk mengosongkan kandung kemih. Ini adalah tindakan darurat yang sering dilakukan untuk mengatasi retensi urine akut.
- Obat-Obatan: Obat-obatan dapat diberikan untuk mengurangi pembengkakan prostat, mengobati infeksi, atau memperbaiki fungsi saraf. Contohnya termasuk alpha-blockers untuk BPH atau antibiotik untuk infeksi.
- Prosedur Bedah: Pada kasus yang parah, operasi mungkin diperlukan untuk mengatasi penyumbatan atau memperbaiki struktur yang menyebabkan retensi urine, seperti reseksi prostat transuretra (TURP) untuk BPH.
- Terapi Fisik dan Latihan: Latihan Kegel dan terapi fisik dapat membantu memperkuat otot-otot panggul dan meningkatkan kontrol kandung kemih.
- Pengelolaan Kondisi Mendasar: Mengelola kondisi yang mendasari seperti diabetes atau gangguan neurologis dengan pengobatan dan perubahan gaya hidup dapat membantu mengurangi gejala retensi urine.
- Perubahan Gaya Hidup: Mengurangi asupan cairan sebelum tidur, menghindari kafein dan alkohol, serta melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi stres dapat membantu mengatasi gejala.
Retensi urine adalah kondisi yang bisa sangat mengganggu dan memerlukan perhatian medis. Jika mengalami gejala retensi urine, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan yang tepat. (Aq/PRT)